Minggu, 05 Mei 2013

BAB 3 (ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI)


Hukum Perdata

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum.Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
   I.              Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia
Yang dimaksud dengan hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang berlaku bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia adalah hukum perdata barat (Belanda) yang pada awalnya berinduk pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan BW. Sebagian materi BW sudah dicabut berlakunya dan sudah diganti dengan Undang-Undang RI, misalnya mengenai UU Perkawinan, UU Hak Tanggungan, dan UU Kepailitan. Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada tanggal 30 April 1847 melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku Januari 1848. Setelah Indonesia Merdeka, berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945, KUH Perdata Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan Undang-Undang baru berdasarkan Undang–Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda merupakan induk hukum perdata Indonesia.
  II.              Sejarah singkat hukum perdata
Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yaitu yang disusun berdasarkan hukum Romawi 'Corpus Juris Civilis'yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut (hukum perdata) dan Code de Commerce (hukum dagang). Sewaktu Perancis menguasai Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri Belanda yang masih dipergunakan terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis (1813).
Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat oleh J.M. Kemper disebut Ontwerp Kemper. Namun, sayangnya Kemper meninggal dunia pada 1824 sebelum menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia. Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1880 dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838 oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :
·           BW [atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata-Belanda).
·           WvK [atau yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang]
Menurut J. Van Kan, kodifikasi BW merupakan terjemahan dari Code Civil hasil jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda.

  III.              Pengertian dan Keadaan Hukum di Indonesia
  Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat majemuk yaitu masih beraneka ragam. Faktor yang mempengaruhinya antara lain :
1. Faktor etnis disebabkan keaneka ragaman Hukum Adat bangsa Indonesia, karena negara kita Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa.
2. Faktor hysteria yuridis yang dapat kita lihat pada pasal 163 I.S yang membagi penduduk Indonesia dalam tiga golongan :
a. Golongan Eropa dan yang di persamakan berlaku Hukum Perdata dan Hukum dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum Daganga di negeri Belanda berdasarkan azas konkordinasi.
b. Golongan Bumi Putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) berlaku hukum adat mereka. Yaitu hukum yang sejak dulu kala berlaku dikalangan rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.
c. Golongan Timur Asing (bangsa cina, India, arab) berlaku hukum masing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing diperbolehkan untuk menundukan diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan hukum tertentu saja.
Maksud untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang lain, dapat kita lihat :
a.    Golongan bangsa Indonesia asli
Berlaku hukum adat yaitu yang sejak dulu berlaku di kalangan rakyat, hukum yang sebagian besar belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai segala hal di dalam kehidupan kita dalam masyarakat.
b.    Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan Eropa.
Berlaku kitab KUHP dan KUHD, dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan Tionghoa ada suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari buku I tentang : Upacara yang mendahului dan mengenai penahanan pernikahan. Hal ini tidak berlaku bagi golongan Tionghoa, karena diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke Stand dan peraturan mengenai pengangkatan anak.
Ada peraturan-peraturan yang secara khusus dibuat untuk bangsa Indonesia seperti :
a. Ordonasi Perkawinan bangsa Indonesia Kristen (straatblad 1933 no 74)
b. Organisasi tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA) straatblad 1939 no 570 berhubungan dengan 717.
Dan ada pula peraturan-peraturan yang berlaku bagi semua golongan warga negara, yaitu :
a. Undang-Undang Hak Pengarang (Auteurswet tahun 1912)
b. Peraturan Umum tentang koperasi (straatblad 1933 no 108)
c. Ordinasi Woeker (straatblad 1938 no 523)
d. Ordinasi tentang pengangkutan di Udara (straatblad 1938 no 98)

    IV.              Sistematika Hukum Perdata di Indonesia
         Sistematika Hukum Perdata itu ada 2, yaitu sebagai berikut:
·         Menurut Ilmu Hukum/Ilmu Pengetahuan terdiri dari:
Ø Hukum tentang orang/hukum perorangan/badan pribadi (personen recht)
Ø Hukum tentang keluarga/hukum keluarga (Familie Recht)
Ø Hukum tentang harta kekyaan/hukum harta kekayaan/hukum harta benda (vermogen recht)
Ø Hukum waris/erfrecht
·         Menurut kitab Undang-Undang hukum perdata
Ø Buku I tentang orang/van personen
Ø  Buku II tentang benda/van zaken
Ø Buku III tentang perikatan/van verbintenisen
Ø   Buku IV tentang pembuktian dan daluarsa/van bewijs en verjaring

   Apabila kita gabungkan sistematika menurut ilmu pengetahuan ke dalam sistematika menurut
   KUHPerdata maka:
*Hukum perorangan termasuk Buku I
*Hukum keluarga termasuk Buku I
*Hukum harta kekayaan termasuk buku II sepanjang yang bersifat absolute dan termasuk Buku III sepanjang yang bersifat relative
*Hukum waris termasuk Buku II karena Buku II mengatur tentang benda sedangkan hokum waris juga mengatur benda dari pewaris/orang yang sudah meninggal karena pewarisan merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak milik yang diatur dalam pasal 584 KUHperdata (terdapat dalam Buku II).

Referensi :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar